Jam Digital

Assalamualaikum Ahlan Wa Sahlan di Blog Saya

Tuesday, November 6, 2018

Istidraj dan Ciri-ciri nya

Gambar terkaitIstidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi azab baginya apakah dia bertobat atau semakin jauh.
Sederhananya adalah, jika kita dapati seseorang yang semakin buruk kualitas ibadahnya, semakin tidak ikhlas, berkurang kuantitasnya, sementara maksiat semakin banyak, baik maksiat kepada Allah dan manusia, lalu rezki baginya Allah berikan melimpah ruah, kesenangan hidup begitu mudah didapatkan, tidak pernah sakit dan celaka, panjang umur, bahkan Allah berikan keluarbiasaan pada kekuatan tubuhnya. Maka, hati-hatilah bisa jadi ini adalah istidraj baginya, bukan karamah, secara beransur Allah menariknya dalam kebinasaan.



Yang seperti ini biasanya memang Allah berikan kepada orang-orang kafir dan ahli maksiat. Sebagaimana keterangan berikut:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Ali ‘Imran: 178)
Ayat lain:
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 55-56)
Ayat lainnya:
Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan Perkataan ini (Alquran). nanti Kami akan menarik mereka dengan beransur-ansur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, (Al Qalam: 44)
Ayat lainnya:
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (Az Zumar: 49)
Tertulis dalam Tafsir Al Muyassar tentang ayat Az-Zumar 49 ini:
ولكن أكثرهم -لجهلهم وسوء ظنهم- لا يعلمون أن ذلك استدراج لهم من الله، وامتحان لهم على شكر النعم
Tetapi kebanyakan manusia –karena kebodohan dan buruknya prasangka mereka- tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan istidraj dari Allah dan ujian bagi mereka agar mensyukuri nikmat. (Tafsir Al Muyassar, 1/464)

Hal ini juga dikabarkan oleh hadits Nabi dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ ” ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ} [الأنعام: 44]
Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj belaka, lalu Rasulullah membaca: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al An’am: 44). (HR. Ahmad No. 17311. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mentatakan: hasan. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 17311)
Begitulah istidraj.
Ada pun jika ada kenikmatan dunia diberikan kepada orang mu’min, shalih, ahli ibadah, bukan orang kafir dan ahli maksiat, maka itu merupakan nikmat Allah yang disegerakan baginya di dunia, atau bisa juga ujian untuk meninggikan lagi kedudukannya. Wallahu a’lam (farid/dakwatuna)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/11/02/76502/mengenal-maksud-dan-pengertian-istidraj/#ixzz5W43jF9Xt 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook



berikut ini dijelaskan beberapa ciri istidraj  dalam Islam:
  1. Kenikmatan Duniawi Melimpah Ruah Padahal Keimanan Terus Menurun
Ketika Allah senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan duniawi pada seseorang sedangkan keimanannya terus turun itu adalah salah satu ciri dari istidraj. Allah yang maha bermurah hati memberikan kenikmatan duniawi namun dibalik itu, kenikmatan tersebut justru adalah ujian yang sungguh berat pertanggung jawabannya di akhirat nanti.
Selain itu, kenikmatan duniawi yang dirasakan oleh seseorang yang beriman dengan yang tidak beriman rasanya akan berbeda. Seseorang yang beriman akan senantiasa bersyukur dan mendapati ketenangan yang sangat menentramkan dalam hidupnya akan tetapi hal tersebut tidak akan dirasakan oleh orang yang tidak beriman, mereka hanya akan merasa kurang dan gelisah walaupun tengah menikmati semua kemudahan dan kebahagiaan yang Allah berikan. (Baca juga: Hukum Menikah Dengan Pasangan ZinaHukum Memutuskan Tali Silaturahmi Menurut Islam).
Mengenai kewajiban manusia dalam menjaga keimanannya, Allah berfirman dalam surat ali Imran yang berbunyi:
قُلۡ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ عَلَيۡنَا وَمَآ أُنزِلَ عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَمَآ أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمۡ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ٨٤
Artinya:
Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya´qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri”. (QS Ali Imran : 84).

  1. Rejeki Terus Lancar Dan Meningkat Padahal Ibadahnya Selalu Diabaikan
Tidak semua orang terlahir dalam keadaan yang serba berkecukupan. Sebagian orang harus berusaha keras untuk mendapatkan penghasilan dan mendekatkan diri kepada Allah agar Allah membantu melancarkan pintu rejekinya. Namun ketika seseorang yang selalu meninggalkan ibadahnya secara sengaja namun rejekinya terus mengalir lancar maka hal tersebut termasuk ke dalam ciri-ciri dari istidraj. Dimana kelancaran rejeki yang didapat tentunya disertai dengan tanggung jawab yang besar semakin banyak rejeki yang didapat, semakin kita mengabaikan ibadah dan perintah Allah maka akan semakin berat juga dosa yang kita tanggung.
Ibnu Athaillah berkata : “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah”. (Hukum Mencuri Dalam IslamHukum Marah Dalam Islam).
  1. Hidup Sukses Dan Sejahtera Padahal Selalu Bermaksiat
Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata : “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya”.
Istidraj sangat jelas dalam perkara ini karena perbuatan maksiat pangkalnya adalah kehancuran dan penderitaan. Namun ketika maksiat terus dilakukan sedangkan kehidupan di dunianya semakin sukses dan sejahtera maka hal tersebut adalah kemurahan hati yang Allah berikan dalam bentuk istidraj.
  1. Hartanya Semakin Melimpah Ruah Padahal Kikir Dan Boros
Harta yang kita miliki tidak hanya milik kita saja akan tetapi juga ada sebagian hak para fakir di dalam harta yang kita miliki tersebut, bisa dalam bentuk sedekah, zakat, dan lainnya. Semakin besar harta yang kita miliki maka semakin besar pula sedekah atau zakat yang harus kita keluarkan dan berikan kepada orang yang membutuhkan.
Namun kebanyakan orang malah merasa bahwa harta yang ia dapatkan adalah miliknya seorang saja sehingga ia merasa terlalu sayang jika hartanya harus dibagi dengan orang lain walaupun dalam bentuk sedekah atau zakat sekalipun. Maka jika Allah masih bermurah hati menjaga harta untuknya, itu adalah salah satu ciri ujian dalam bentuk istidraj.
Allah subhana hua ta’ala berfirman dalam surat al-Humazah ayat 1-3 yang berbunyi:
وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ لُّمَزَةٍ ١  ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ ٢  يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ ٣
Artinya:
(1)Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela; (2) yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung; (3) dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya. (QS. Al-Humazah : 1-3).
  1. Jarang Terkena Musibah Sakit
Sakit adalah hal yang lumrah terjadi pada manusia karena kesehatan dan cuaca terkadang mengalami perubahan yang cukup fluktuatif terlebih dengan aktifitas harian manusia yang padat. Tentu ada masanya system imun menurun dan menyebabkan sakit. Namun untuk orang-orang yang sedang mendapatkan ujian istidraj biasanya jarang jatuh sakit karena hikmah dari sakit salah satunya adalah meringankan kita dari dosa-dosa yang kita lakukan.
Imam Syafi’I pernah mengatakan mengenai perkara ini bahwa:
“setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.”
  1. Sombong Dan Tinggi Hati Dengan Harta Yang Bergelimang
Harta yang bergelimang sangat berpotensi membuat kita menjadi tinggi hati dan sombong, merasa lebih hebat serta lebih mampu bahkan bisa sampai menganggap orang lain remeh karena tidak memiliki harta yang sebanding dengan apa yang kita miliki.
Rasululah s.a.w. bersabda : “Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa”. (HR. Al Hakim)
Selain beberapa point tersebut, masih banyak ciri-ciri lain yang mencirikan bahwa kenikmatan yang kita miliki bisa jadi adalah istidraj. Namun begitu hal ini bukan berarti Allah tidak adil dan membebaskan kita dari segala tanggung jawab dan hukuman atas dosa yang kita lakukan. Hanya saja Allah memiliki rencana dan takdir lain sehingga tetap memberikan kenikmatan-kenikmatan tersebut walaupun dimaksudkan sebagai istidraj. Maka dari itu bijaklah dalam memohon dan menyikapi rejeki serta kenikmatan yang kita dapatkan. Jangan sampai hal tersebut justru akan mengantarkan kita kepada panasnya neraka.

No comments:

Post a Comment